
Hening seringkali menyeret rindu yang termangu, ia mengajaknya berbincang tentang rasa, namun rindu hanya punya pilu karena harus entah menaruh harap.
Hening seringkali menyeret rindu yang termangu, ia mengajaknya berbincang tentang rasa, namun rindu hanya punya pilu karena harus entah menaruh harap.
Posted by embuni on August 24, 2020
https://perempuanembun.wordpress.com/2020/08/24/rawan/
Jalannya panjang dengan sekantung kesedihan berkaca
dalam puisi tak pernah pasti
dalam kata temui palung paling dalam alang
sekilap pecah dan kasap
lalu lenyap di tangan waktu
Posted by embuni on August 10, 2020
https://perempuanembun.wordpress.com/2020/08/10/perihal/
Katanya setiap metafora yang bermakna sendu, kenangan, dan cinta seakan sudah dicap milik dari seorang Penyair. Magis, satu bait dibaca masih menerka, dua bait dibaca terasa, dan semakin dibaca semakin aku jadinya. Hidup seperti nafas dari seorang perindu yang tak jua bertemu, dibingkai isyarat-isyarat yang tentu sengaja disembunyikan dengan kata-kata sederhana yang bisa menjangkau rasa. Bisa menjadi serba, sebuah refleksi pada waktu lalu, tengah dan pasti.
Posted by embuni on August 6, 2020
https://perempuanembun.wordpress.com/2020/08/06/puisi/
Setelah puluhan bulan purnama berlalu, aku kembali ke sini. Ada haru juga bahagia. Aku yang menyimpan banyak hal dalam hidup. Jika orang peka membaca semua yang ada di ruang ini maka sejujurnya ia akan tahu apa saja inti dari yang paling dalam.
Yah, baiklah ini waktu yang berbeda dengan perasaan yang sudah mungkin ditimbun begitu saja, dijadikannya biasa, inginnya. agar semua menjadi baik-baik saja, karena pada awalnya pun semua baik-baik saja dan ingin tetap seperti itu.
Aku yang sekarang punya alasan agar untuk tetap taat, jadi tahu rasanya bagaimana harus tetap dalam batasnya. Dulu benar-benar sesukaku dan kini sesukaNya. Biar saja aku yang tahu dan selalu mengupayakannya. Walau tentu saja ada tanda yang tertinggal namun semua berubah menjadi harap dan doa.
Menjadi perempuan yang masih bisa melakukan hal-hal sederhana, membuka diri untuk siapapun dan belajar tulus.
Posted by embuni on July 3, 2020
https://perempuanembun.wordpress.com/2020/07/03/__trashed/
Bagaimana waktu berjalan tak pernah benar-benar terekam. hanya seperti tiba-tiba sudah menjadi begini dan begitu, di waktu yang semua serba sudah terjadi. tak ada yang bisa menghentikan apalagi menahan, karena dalam catatan semuanya harus terjadi. suka dan tidak suka, ingin ataupun tidak ingin.
Masih ada yang tersimpan, walau sudah jauh hampa dari sebelumnya berwarna. maka putuskanlah kemana langkah menuju. Jangn terdiam sekalipun tiada yang mengusik, renungi semua hal dan bukalah hikmah atas semua. Jangan layu dipersimpangan mendekatlah pada cahaya agar tahu kemana semua hal akan bermuara.
Posted by embuni on December 23, 2019
https://perempuanembun.wordpress.com/2019/12/23/langkah/
Yang bisa dilakukan dalam kebisuan ialah tetap merahasiakan. Bisa jadi caraNya membawamu pada sebuah titik waktu yang menjawab. Setelah seribu senja tak pernah selangkah pun berhenti namun masih tetap ada di tempat yang sama. Saat itulah menjaga.
Sekat yang jelas diantara celah yang bukan lagi tak mungkin namun sang pungawa doa sudah tahu hilir mana ia bermula dan yang tidak ia ketahui sama sekali ialah dimanakah tempat muara berada. Apakah kita pernah menjadi pungawa doa. Pada saat yang sama ada yang payah dan ada yang menyerah.
Posted by embuni on November 4, 2017
https://perempuanembun.wordpress.com/2017/11/04/kita/
Seperti pejaman mata, saat waktu berjalan meninggalkan segala senyum dan tangis. Berapa lama perangkap bisa mengunci romansa cerita tentang rindu dan cinta dari tatap mata itu. Senja sampai saat ini punya keindahannya tersendiri, Ada seribu senja yang telah menemaninya. Tak ada yang berubah. Perempuan yang selalu jatuh cinta dengan senja.
“Apa kamu masih mengingatku”, Katanya.
“Jelas, tak ada yang hilang sedikitpun tentangmu”, jawab lelaki yang duduk di sampingnya.
“Senja itu yang paling sering menemaniku, duduk sambil minum teh dan saling memandang” kata perempuan itu.
“Khayalanmu terlalu tinggi, senja tak menemanimu saja, setiap sore senja selalu menemani setiap orang” lelaki itu menjawab sambil tersimpul senyum.
“Tapi ini beda, kamu tak akan pernah mengerti. Senja kita tak pernah sama”, kata perempuan itu.
“Bagaimana bisa?” jawab lelaki itu.
“Iya, senja semua orang tak akan pernah sama kecuali …”, kata perempuan itu terputus.
“Kecuali apa?” lelaki itu balas bertanya.
“Siapa yang kamu ingat saat menatap senja?”, perempuan itu bertanya.
“Kamu”, jawab lelaki itu.
“Berarti senja kita sama”, kata Perempuan itu.
Posted by embuni on September 25, 2017
https://perempuanembun.wordpress.com/2017/09/25/dibalik-tanya-tentang-senja/
Semilir angin bertiup di pelataran
satu kenangan jatuh dari langit
tak bertemu sewindu menjadi kelu
berabad, ratusan ribu jarak waktu
bagaimana, jika tak ada yang bertemu
terpupuk hingga tua namun tak akan layu untuk tetap menunggu
Posted by embuni on August 9, 2017
https://perempuanembun.wordpress.com/2017/08/09/lembayung/
langit kelabu berteman dengan hujan
banyak mata saling menatap, bicara
kecewa yang dangkal namun dalam, terjebak ruang.
Sukabumi, 2 Februari 2017
Manusia hanya punya rencana, belum tentu setiap keputusan itu benar, didasari akal tanpa melibatkan perasaan itulah kebutaan, karena hakikatnya fitrah itu ada dari nurani bukan hanya ada pada pikiran.
Posted by embuni on February 2, 2017
https://perempuanembun.wordpress.com/2017/02/02/kelabu/
Dear, Langit
Mengatasi diri sendiri tidaklah lebih mudah daripada menghadapi orang lain. Kita menyembunyikan segala tanya dan kebingungan, menerka-nerka jawaban dari segala kemungkinan dan itu manusiawi.
Yang kutahu setelah pernah mengalami hal yang serupa sepertimu, banyak hal yang masih akan terjadi bukan. Bagaimana ceritanya Sukab itu akan kamu temui, itulah yang kita tunggu. Kini mungkin kalian sedang saling mengingat, atau sebernanya kalian pernah bertemu tanpa mengenal, atau kalian sudah mengenal tanpa menyapa, segala kemungkinan itu menuju kepastiannya, suatu saat nanti Sukab itu akan ada dalam cerita-ceritamu. Ikuti saja seperti air mengalir, lepas dari tebing tinggi dan terjun bebas, tiada ketakutan, tiada yang disembunyikan, walau terlihat hampa namun jernih dan menyejukan. Seharusnya kita banyak belajar dari alam, dan bila malam mulai kembali sunyi maka lihatlah atap bumi yang senantiasa kokoh berdiri tanpa tiang, benar-benar tiada daya dan upaya selain dariNya, coba temukan terang dalam kelam yang senantiasa berdzikir dalam keanggunannya, kita akan menerangi diri dengan cahaya, walau dalam mendung, walau dalam gelap, walau dalam tiada.
Dengan segala hal yang telah dilalui dan dengan ketetapan hati, Sukab pasti akan datang.
Posted by embuni on January 26, 2017
https://perempuanembun.wordpress.com/2017/01/26/berpaut/
'Saoirse' is not a word, it's angel
Ngeblog dengan Secangkir Susu Kopi
pura-pura blogging sambil ngopi
motherhood stories and life journey
Belajar saja.
My true stories
Hanya sesuatu yang berhasil ku untai
Catatan Perjalanan Menjadi Ibu Peradaban
tentang waktu
seperti langit; bebas seperti tak berbatas, namun tetap menunduk pada-Nya
Kompas-Republika-Jawa Pos-Suara Merdeka-Koran Tempo-Media Indonesia dan Lainnya
If you can imagine it, you can realize it
Welcome to my page, reader^^
A great WordPress.com site
menari dalam sunyi
cintai takdirmu~